Aksara Swara merupakan turunan dari Aksara Jawa dengan type aksara Brahmi. Type aksara ini sudah lama digunakan untuk bermacam-macam daerah di kalangan Nusantara.
Di antara daerah yang memakai type aksara ini adalah di Pulau Jawa, Makassar, Melayu, Sunda, Sasak dan pada umumnya dipakai untuk penyusun jenis karya sastra yang memakai Bahasa Jawa.
Pada masa itu pula diresmikan abjad Hanacaraka atau carakan yang diketahui hingga hari ini. Selain itu pada abad ke 19 Masehi barulah Aksara Jawa dibuat dalam wujud cetakan.
Aksara Jawa sesungguhnya adalah gabungan dari Aksara Abugida dan Aksara Kawi. Bersumber pada struktur dari masing-masing huruf yang paling tidak mewakili 2 buah dari abjad Aksara di dalam wujud huruf latinnya.
Perihal inilah yang jadi fakta kalau aksara Jawa memang gabungan dari kedua akdara yang disebutkan itu. Di antara contohnya adalah Ha yang menjadi perwakilan dari huruf H dan A.
Kedua suku kata yang bisa dibilang utuh dibandingkan dengan kata hari. Setelah itu aksara Na gabungan dari huruf N dan A. Ini menjadi suku kata yang utuh dibandingkan dengan kata Nabi.
Oleh karena itu, cacah huruf yang ada pada suatu penyusun kata yang disingkat apabila dibandingkan dengan tata cara menulis wujud aksara latin.
Namun tahukah Kita bahwa aksara hanacaraka tidak bisa berdiri sendiri ?.Dalam bahasa Jawa, ada beberapa macam aksara Jawa mempunyai beberapa turunan dan sandhangan untuk pelengkapnya.
Sama halnya dengan Bahasa Indonesia yang membutuhkan huruf vokal untuk menyempurnakan tulisan, demikian juga di Bahasa Jawa. Aksara yang satu ini bisa dikatakan unik karena tidak mempunyai pasangan.
Bahkan aksara ini tidak bisa diberi sandhangan swara di dalam penulisannya. Karena, aksara yang satu ini adalah jenis aksara Jawa dalam bentuk huruf vokal.
Bisa dibilang, aksara yang satu ini adalah sandhang swara dalam bentuk aksara. Nah, jika masih bingung, mari Kita bahas bersama-sama artikel ini hingga selesai penjelasannya.
Baca Juga : Aksara Jawa
Daftar Isi
Pengertian Aksara Swara
Aksara niki dhueni huruf vokal cacahe ana lima yaiku aksara kang mujudake suoro A, I, U, E, O. Jenis aksara ini digunakan untuk penulisan huruf vokal yang dari bentuk kata serapan “bahasa asing”.
Lebih jauh, aksara yang digunakan untuk menulis suku kata dan tidak mempunyai konsonan di awal atau dalam kata lain suku kata yang hanya terdiri dari vokalnya saja.
Suara yang dimaksud adalah vokal A, I, U, E dan O. Aksara ini seperti aksara hanacaraka tetapi tidak terdiri dari dua huruf.
Sejarah Aksara Swara
Pada zaman dahulu, aksara Jawa hanacaraka mempunyai 14 aksara vokal “Swara” yang diwariskan dari tradisi tulis menulis Sansekerta.
Namun lama kelamaan aksara wyanjana dan bahasa modern tidak lagi menggunakan semua jenis aksaradi dalam Sansekerta Kawi. Hingga sampai saat ini, hanya ada aksara untuk vokal pendek yang digunakannya.
Fungsi Aksara Swara
Pada penulisan aksara Jawa yang modern, pengganti aksara Wyanjana ha merupakan akasara Jawa Swara. Fungsi dari aksara ini untuk menulis sebuah nama atau dalam istilah asingnya yang lafadnya perlu untuk diperjelaskan lagi.
Seperti yang sudah kita ketahui, aksara ha pelafalannya cukup ambigu karena berperan ganda yang sebagai fonem adalah a dan ha.
Gunane aksara swara yaiku kanggo nulis tembung manca kang dicethakake. Contoh dari aksara Jawa swara, Eropa bisa ditulis jelas Eropa bukan Heropa.
Bentuk Aksara Swara
- Aksara yang satu ini tidak seperti aksara yang lainnya. Karena tidak dilengkapi dengan bentuk pasangan.
- Tidak bisa dijadikan sebagai aksara pasangan.
- Jika aksara ini menemui sigegan “konsonan di akhir suku kata sebelumnya”, maka sigegan harus dimatikan dengan pangkon.
- Bisa diberikan sandhangan yang berupa layar, wignyan, cecak, suku, wulu dan lain-lain.
Aturan Penulisan Aksara Swara
Ada beberapa paungeran atau atauran penulisan dari aksara ini, diantaranya adalah :
Tidak Bisa Diberi Sandhangan Swara
Aturan ini sudah sangatlah jelas, karena bunyinya sudah cukup tanpa adanya shandangan swara.Misalkan seperti contoh yang ada di bawah ini.
- Kata Organisasi seharusnya ditulis,
Bukan aksara A yang diberi sandhangan tali tarung, menjadi,
- Kata India seharusnya ditulis
Bukannya, aksara A yang diberi sandhangan wulu menjadi,
Bisa Diberi Sandhangan Panyigeg
Sandhang panyigeg yang bisa digunakan adalah cecak, layar dan wigyan. Sedangkan sandhangan panyiyeg pangkon tidaklah termasuk. Aturan penulisannya sama dengan aksara jawa hanacaraka biasa.
Tidak Digunakan Untuk Memberi Penghormatan
Berbeda dengan aksara murda, aksara yang satu ini tidak bisa digunakan untuk sebuah penghormatan.
Jadi, kalau Kita menulis kata April dengan aksara Jawa swara di awal, maka itu bukan menghormati bulan Aprilnya. Ini semata hanya kata April adalah kata serapan bahasa “asing”.
Tidak Bisa Menjadi Pasangan
Karena tidak bisa menjadi pasangan, maka aksara di depan aksara dibuat mati dengan sandhangan panyigeg pangkon.
Baca Juga : Kaligrafi Aksara Jawa
Aksara Murda dan Aksara Swara
Berikut ini persamaan dan perbedaan dari kedua aksara, diantaranya adalah :
Persamaan :
- Aksara murda dan swara adalah huruf yang khusus dalam aksara Jawa.
- Penulisannya aksara murda dan Swara di bagian depan atau untuk semua kata.
Perbedaan:
- Aksara Murda digunakan untuk penulisan karakter, nama, tokoh penting, wilayah atau tempat yang terkenal, sedangkanyang swaradigunakan untuk serapan bahasa asing.
- Aksara murda ada delapan diantaranya adalah Na, Ka, Ta, Sa, Pa, Nya, Ga, Ba. Sedangkan untuk Swara mempunyai lima karakter diantaranya adalah A, I, U, E, O.
Baca Juga : Aksara Murda
Contoh Aksara Swara
Supaya lebih paham, maka perhatikan contoh penulisannya yang ada di bawah ini:
- Agama Islam
- Wulan Oktober
- Kitab Al-Quran
Mari kita jaga aksara Jawa ini supaya tidak hilang dan tetap eksis dengan cara mengajarkan di semua pelajar. Demikian pembahasan artikel yang satu ini, mudah-mudahan artikel ini bisa bermanfaat bagi Kita semuanya. Apabila ada kesalahan kata mohon untuk di maafkannya.